Pemrograman Berbasis Visual-Block
Bahasa pemrograman memang semakin dibutuhkan di era globalisasi
ini. Namun, karena rumit dan bagi segelintir orang hal ini terlalu memusingkan,
banyak orang yang malas atau bahkan enggan untuk mempelajari bahasa
pemrograman yang biasa disebut "coding" ini.
Engineer menyadari bahasa pemrograman saat ini terlalu sulit untuk di pahami dengan berbagai macam sintaks dan aturan didalamnya. Oleh karena itu, dikembangkan pemrograman berbasis visual-block.
Bahasa Pemrograman Visual-block (VPL) adalah dimana kita
membuat aplikasi atau game tanpa menggunakan kode satupun. Mengapa disebut
pemrograman visual-block? karena kita akan melihat, menggunakan, menyusun dan
drag-drops “block” yang merupakan simbol-simbol perintah dan fungsi event
handler tertentu dalam membuat aplikasi, dan secara sederhana kita bisa
menyebutnya tanpa menuliskan kode program atau “coding less”. Programmer bisa menciptakan program
dengan cara mengklik pada ikon yang mewakili rutin-rutin
pemrograman secara umum. Dalam pengeksekusian kode programnya, pemrograman
visual merupakan konsep event-driven, yaitu pengeksekusian yang didasarkan atas
kejadian (event) tertentu. Setiap kejadian tersebut mempunyai kode program
sendiri yang disimpan dalam sebuah fungsi. Berbeda dengan pemrograman
terstruktur atau procedural yang mengeksekusi kode-kode programnya mulai dari
awal sampai akhir program secara beruntun.
Berikut ini contoh dari Pemrograman Visual-Block
1. App
Inventor
App Inventor adalah sebuah tool untuk membuat aplikasi
android, yang menyenangkan dari tool ini adalah karena berbasis visual block
programming, jadi kita bisa membuat aplikasi tanpa kode satupun.
Misalnya seperti gambar dibawah ini, sebuah block program pada App Inventor untuk sebuah daftar warna, tanpa kode bukan?
Misalnya seperti gambar dibawah ini, sebuah block program pada App Inventor untuk sebuah daftar warna, tanpa kode bukan?
App Inventor tidak hanya
untuk membuat aplikasi, karena bisa digunakan untuk mengasah logika, seperti
halnya menyusun sebuah puzzle. Untuk programmer tentu ada opsi-opsi advance
untuk membuatnya sesuai dengan level kita.
Framework visual programming
ini terkait dengan bahasa pemrograman Scratch dari MIT, yang secara spesifik
merupakan implementasi dari Open Block yang didistribusikan oleh MIT Scheller
Teacher Education Program yang diambil dari riset yang dilakukan oleh Ricarose
Roque. App Inventor menggunakan Kawa Language Framework dan Kawa’s dialect yang
di develop oleh Per Bothner dan di distribusikan sebagai bagian dari GNU
Operating System oleh Free Software Foundation sebagai Compiler yang
mentraslate visual block programming untuk diimplementasikan pada platform
Android.
Berikut ini Interface dari App Inventor :
2. Scratch
Scratch
adalah sebuah bahasa pemrograman yang tersedia secara gratis dan dibuat oleh Lifelong
Kindergarten Group dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) dengan
lebih dari 5 juta pengguna terdaftar. Versi terbaru Scratch, Scratch 2.0 dapat
digunakan secara online di http://scratch.mit.edu/create/ juga dapat
diunduhuntuk dikerjakan secara offline. Scratch 2 dapat di unduh di http://scratch.mit.edu/scratch2download/. Scratch didesain untuk menjadi asyik, edukatif, dan mudah untuk dipelajari.
Scratch bisa digunakan untuk membuat cerita interaktif, permainan, seni (art),
simulator, dan masih banyak lagi. Scratch bahkan mempunyai editor menggambar
dan editor suara sendiri.Pengguna dapat menyusun sebuah program di Scratch
dengan menarik dan menggeser
balok-balok dari Palet Balok kemudian menggabungkan mereka ke balok lain
seperti puzzle jigsaw. Struktur dari beberapa balok atau lebih disebut skrip. Metode
pemrograman ini (menulis kode dengan balok) juga bisa disebut “pemograman
geser dan menaruh” atau dalam bahasa Inggrisnya “drag and drop programming”.
Scratch digunakan disekolah-sekolah di segala penjuru dunia sebagai media untuk
mengenalkan pemrograman dasar ke anak-anak. Scratch juga digunakan di luar
sekolah. Anak-anak, dan bahkan orang dewasa, menambah pengertian tentang
berbagai bentuk pemrograman lewat Scratch. Di Indonesia, Scratch banyak
digunakan kursus pemrograman komputer sebagai media pembelajaran.
Fitur Scratch :
1. Built in library : library pada scratch merupakan kumpulan karakter
dan background yang disediakan oleh scratch secara default. Library ini bisa
dimanfaatkan oleh user untuk membuat animasi maupun media pembelajaran berbasis
animasi komputer. Beberapa library yang ada di scratch diantaranya, karakter atau
objek, latar belakang, dan sound.
2. Sound
Recorder : Fasilitas sound recorder digunakan untuk merekam suara
dari user.
3. Export
resources : Fasilitas ini bisa digunakan oleh user ketika akan mengguanakan
file seperti gambar dan suara yang sudah dimiliki oleh user untuk dimasukkan
kedalam program.
4. Block script : Block script merupakan block yang bisa
dimanfaatkan untuk membuat kontrol dari aplikasi yang kita buat. Block script
memiliki beberapa kategori yang masing-masing memiliki fungsi yang berlainan.
5. Publish
project : Fitur ini digunakan ketika kita akan mempublis hasil
pekerjaan
kita secara luas melalui internet. File yang sudah dipublish nantinya akan
tersimpan di server scratch dan bisa diunduh oleh user lain.Berikut ini interface dari Scratch:
3. Alice
Alice adalah bahasa pemrograman pendidikan berbasis objek
freeware dengan lingkungan pengembangan terpadu (IDE). Alice menggunakan drag
dan drop lingkungan untuk membuat animasi komputer menggunakan model 3D.
Perangkat lunak ini dikembangkan pertama di University of Virginia, maka
Carnegie Mellon (dari tahun 1997), oleh kelompok penelitian yang dipimpin oleh
Randy Pausch.
Berikut ini adalah beberapa fungsi
Alice :
Alice dikembangkan untuk mengatasi lima masalah inti dalam program pendidikan
1. Alice
dirancang semata-mata untuk mengajarkan teori pemrograman tanpa semantik
kompleks bahasa produksi seperti C ++. Pengguna dapat menempatkan objek dari
galeri Alice ke dalam dunia virtual yang mereka bayangkan, dan kemudian mereka
dapat memprogram dengan menyeret dan menjatuhkan ubin yang mewakili struktur
logis. Selain itu, pengguna dapat memanipulasi kamera Alice dan pencahayaan
untuk membuat perangkat tambahan lebih lanjut. Alice dapat digunakan untuk
antarmuka pengguna 3D.
2. Alice
adalah siam dengan IDE-nya. Tidak ada sintaks untuk mengingat. Namun, mendukung
pemrograman berbasis obyek penuh, model acara didorong pemrograman.
3. Alice
dirancang untuk menarik subpopulasi tertentu biasanya tidak terkena pemrograman
komputer, seperti siswa usia sekolah menengah, dengan mendorong bercerita.
Alice juga digunakan di banyak perguruan tinggi dan universitas di Pengantar
kursus Pemrograman.
4. Dalam
studi terkontrol di Ithaca College dan Universitas Saint Joseph melihat siswa
tanpa pengalaman pemrograman sebelumnya mengambil kursus ilmu komputer pertama
mereka, nilai rata-rata meningkat dari C ke B, dan retensi meningkat dari 47%
menjadi 88%.
5. Alice
dirilis di bawah lisensi open-source yang memungkinkan redistribusi kode
sumber, dengan atau tanpa modifikasi, untuk penggunaan non-komersial saja.
Dibawah ini contoh Tampilan Alice:
tulisannya terlalu kecil gan, Gamesoft
BalasHapus