Sistem Pendidikan Indonesia
Belajar di SMA di Indonesia, setahun libur cuma 7 minggu tidak lebih. Masuk jam 06.30 keluar jam 15.00. Mata pelajaran kurang 
lebih 16 untuk umum, 27 untuk pesantren. Ujian mulu sampe ujian final 
aja 4 kali. Apalagi ditambah pr-pr dan tugas yang seringkali bikin kita 
rasanya mau mati. 
Pas kerja, interview sana-sini gak dapet-dapet bahkan untuk beberapa lulusan UI, ITB, UGM, dan ptn-ptn lainnya. Sedangkan kalau orang bule yang ngelamar langsung cus deh. Mereka dengan mudahnya nempatin posisi- posisi teratas seperti CEO, Kadiv, dll. Sementara kita, jadi manager atau supervisor aja udah syukur-syukur deh. walau ada beberapa yang bakal jadi petinggi juga.
Pas baca koran dan browsing di internet, ternyata kita sadar yang punya perusahaan-perusahaan multinasional itu bukan orang Indonesia. Orang Indonesia paling-paling cuma jadi Direktur Regional Indonesia atau mujur-mujur bagian ASEAN. Gak jarang juga yang menduduki jabatan itu malah orang asing. Atau lebih mujur lagi yang diriin sendiri perusahaannya, tapi yang seperti ini paling juga sukses di Indonesia doang.
Pasti iri dong sama orang-orang asing dari Amrik, Jerman, Inggris, Jepang, Korea, dll.
Kok mereka bisa sukses sih? Kok bisa jadi adidaya? Padahal anak-anak Indonesia sering bulak-balik bawa medali olimpiade sains internasional. Padahal... (baca paragraf pertama sebagai perbandingan) saya punya temen dari Amerika, sekarang sudah jadi direktur perusahaan multinasional terkenal. Katanya...
Di SMA beliau dan SMA-SMA lainnya di Amrik, banyak liburnya.. setahun kurang lebih 5bulan.
Jawabannya ada pada sistem pendidikan dan diri kita sendiri.
Dulu saat TK dan SD kita semua lancar menjawab saat ditanya apa cita-cita kita. Tapi sekarang? Pasti kita jumpai banyak sekali remaja-remaja yang justru bingung akan cita-cita mereka bahkan tidak jarang bagi mereka yang pintar juga bingung atau ragu dengan cita-cita mereka. Apa sebabnya? Bisa jadi karena sistem pendidikan kita yang salah. Sistem kita, menuntut kita untuk mempelajari semuanya namun tidak mendalami satu pun. Inilah yang membuat mereka yang mengejar nilai bingung akan cita-citanya karena sudah dibentuk sejak awal tidak mempunyai tujuan, sudah dibentuk tidak mendalami apa yang mereka cita-citakan.
Nah, pas lulus, sujud syukur banget deh bisa masuk ptn (just PTN, bukan UI. ITB aja udah seneng banget) gak kebayang masuk univ fovorit 
dunia kayak Harvard, Cambridge, MIT, London, Free Berlin, atau University 
of Tokyo. Jangankan itu, masuk NUS Singapore atau Nanyang atau 
Universiti Malaysia aja pasti putus asa duluan deh. Itupun dapetin ptn 
susahnya minta ampun, mesti les sana sini dgn biaya jutaan, belajar 
mati-matian pergi pagi pulang malem udah kayak Bang Toyib (mending Bang 
Toyib pulang-pulang bawa duit). Sabtu pun belajar, minggu ngerjain PR. 
Sampe-sampe gak sadar mereka itu manusia atau robot.
Pas kerja, interview sana-sini gak dapet-dapet bahkan untuk beberapa lulusan UI, ITB, UGM, dan ptn-ptn lainnya. Sedangkan kalau orang bule yang ngelamar langsung cus deh. Mereka dengan mudahnya nempatin posisi- posisi teratas seperti CEO, Kadiv, dll. Sementara kita, jadi manager atau supervisor aja udah syukur-syukur deh. walau ada beberapa yang bakal jadi petinggi juga.
Pas baca koran dan browsing di internet, ternyata kita sadar yang punya perusahaan-perusahaan multinasional itu bukan orang Indonesia. Orang Indonesia paling-paling cuma jadi Direktur Regional Indonesia atau mujur-mujur bagian ASEAN. Gak jarang juga yang menduduki jabatan itu malah orang asing. Atau lebih mujur lagi yang diriin sendiri perusahaannya, tapi yang seperti ini paling juga sukses di Indonesia doang.
Pasti iri dong sama orang-orang asing dari Amrik, Jerman, Inggris, Jepang, Korea, dll.
Kok mereka bisa sukses sih? Kok bisa jadi adidaya? Padahal anak-anak Indonesia sering bulak-balik bawa medali olimpiade sains internasional. Padahal... (baca paragraf pertama sebagai perbandingan) saya punya temen dari Amerika, sekarang sudah jadi direktur perusahaan multinasional terkenal. Katanya...
Di SMA beliau dan SMA-SMA lainnya di Amrik, banyak liburnya.. setahun kurang lebih 5bulan.
Di SMA beliau dan SMA-SMA lainnya di Amrik, masuk jam 08.30 keluar jam 15.50.
Di SMA beliau dan SMA-SMA lainnya di Amrik, mapel hanya ada 7
Di SMA beliau dan SMA-SMA lainnya di Amrik, ujian final 
setahun cuma sekali. 
Gak pernah dia dapet ulangan tengah semester atau ulangan semester.
Gak pernah dia dapet ulangan tengah semester atau ulangan semester.
Kok bisa sih mereka semua jadi pemimpin-pemimpin dunia? 
Padahal di Indonesia, belajar sudah paling lama, mata pelajaran sudah 
paling lengkap, PR dan tugasnya sudah paling meribetkan, dan ujian sudah
 paling sering, Les pun sudah paling rajin.
Jawabannya ada pada sistem pendidikan dan diri kita sendiri.
Dulu saat TK dan SD kita semua lancar menjawab saat ditanya apa cita-cita kita. Tapi sekarang? Pasti kita jumpai banyak sekali remaja-remaja yang justru bingung akan cita-cita mereka bahkan tidak jarang bagi mereka yang pintar juga bingung atau ragu dengan cita-cita mereka. Apa sebabnya? Bisa jadi karena sistem pendidikan kita yang salah. Sistem kita, menuntut kita untuk mempelajari semuanya namun tidak mendalami satu pun. Inilah yang membuat mereka yang mengejar nilai bingung akan cita-citanya karena sudah dibentuk sejak awal tidak mempunyai tujuan, sudah dibentuk tidak mendalami apa yang mereka cita-citakan.
Apa yg mereka dapatkan dari sekolah yaitu sukses hanya 
dengan sebuah kertas ujian and just reading your book to be success. 
Padahal kalau sudah kerja, biar sukses harus melakukan hal-hal kompleks 
seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan membentuk ide, dll. 
Apa yg mereka dapatkan dari sekolah adalah materi yang akan
 mereka lupakan karena tidak terpakai saat mereka bekerja. Apakah 
seorang atlet sepakbola yang sukses perlu mempelajari strukur sel bakteri 
utk menjadi sukses? Apakah seorang dokter ahli bedah yang sukses perlu 
belajar menghitung percepatan setripetal agar menjadi sukses? Justru 
sebaliknya, mereka yang ingin sukses sebagai arsitek seharusnya lebih 
mendalami ilmu fisika dan bangunan, bukannya malah mendalami sebab 
revolusi Prancis, dll. Lah ini kok kita ingin bangun rumah kok 
dikasihnya malah pensil, penghapus, rautan atau istilahnya kita mau 
ngapain kok gadapet apa yg kita butuhkan malah dapetnya hal yang 
gadibutuhi. Ya pasti dubuang.
Back to the topic, teman saya bilang yang membedakan SMA di
 Amerika dan di Indonesia yaitu sejak SMP, siswa/i di Amerika disuruh 
menentukan keputusannya sendiri. Dengan sistem moving class, istilahnya 
kita boleh memilih ingin masuk ke kelas Fisika atau Biologi pada jam 
ini. Atau ingin masuk ke kelas Sejarah atau Matematika pada jam 
selanjutnya. Jadi disesuaikan dengan minat bakat kita mau itu kita hanya
 masuker ke kelas Sejarah 1x pertemuan seminggu atau 3x atau lebih itu 
tergantung keputusan kita. Jadi apabila ingin jadi dokter yg sukses ya 
kita bisa ambil kelas biologi lebih sering dari kelas mata pelajaran 
lainnya. Sehingga, sejak SMP orang Amrik sudah terfokus pada bidang yang
 mereka inginkan untuk kerja di dalamnya. Dan saat kerja mereka sudah 
punya persiapan sejak kecil.
Maka dari itu ayo benahi sistem pendidikan kita dan 
mulailah fokus terhadap apa yang dicita-citakan mulai dari sekarang 
kalau kita semua mau Indonesia merdeka secara ekonomi!!
Sumber :http://mydiariblogg.blogspot.co.id/#
Sumber :http://mydiariblogg.blogspot.co.id/#
Komentar
Posting Komentar